Menangislah

April 06, 2018


#LatePost

Pagi ini aku kembali menemukan dia menangis. Persis sama seperti waktu itu. Aku masuk dan dia sedang terisak-isak. Tanpa ba-bi-bu bertanya, ada apa dan kenapa aku langsung memeluknya. Erat dan lama. Kakiku menopang badan, sementara dia duduk di kursi. Tangisnya makin menjadi. Ya, I know well, semakin kau diperhatikan ketika sedih semakin kesedihan itu keluar dengan luapnya. Been there.

Aku masih menepuk-nepuk pelan pundaknya.

“Jum’at berkah, Insya Allah kuat kok. Jangan bersedih.” Aku hanya sanggup mengeluarkan kata-kata ini.

Aku tahu dia pasti sedang dirundung masalah, tapi bukan urusanku untuk bertanya ada masalah apa. Bertanya sih, cuma sekilas, “Kenapa?” Tapi dia hanya tetap membalas dengan air mata. Oke, cukup pertanyaan bodoh itu. Yang jelas sudah pasti dia sedang bersedih ada masalah sampai matanya memerah seperti itu.

Tapi benar ya, terkadang seseorang itu hanya butuh untuk dipeluk, dimengerti dan ditenangkan saja ketika sedang bersedih karena masalah. Jangan memaksa yang sedang bersedih mau menceritakan kesedihannya atau masalahnya apa. Kadang cukup dengan air mata saja semuanya sudah bisa menjadi lega. Atau kadang tiba-tiba hati menjadi iba, dan sedih entah kenapa.

Pelukan dilepas dan aku juga masih diam, menunggu dia berbicara. Lama, tak juga keluar sebab apa yang membuat matanya memerah pagi ini.

“Feel better?”

Dia mengangguk dan melap tisu ke wajahnya.

“Insya Allah pasti kuat kok. Karena Tuhan tak kan membebani masalah melebihi batas kemampuan umat_Nya.” Aku berlalu meninggalkan dengan senyuman.


You Might Also Like

0 Comments