Karena Ini adalah Perkara Hati, Impian dan Tanggungjawab

April 10, 2017

Segala sesuatunya patut dipikirkan secara matang 

Baru kali ini dalam sejarah karir, menolak mentah-mentah tawaran cemerlang yang baru datang disaat keadaan sebenarnya benar-benar lagi genting.

Awalnya ragu untuk membuat keputusan. Teramat bimbang. Meski dua tahun yang lalu sempat meliriknya untuk menjadi tempat tumpuan mengais rejeki. Aku mengirimkan lamaran ke sana, dengan CV masih status sebagai mahasiswa. Tidak ada balasan. Tapi tanpa terduga, dua tahun berlalu ada telepon masuk mengabari aku untuk ikut tes seleksi, tentunya dengan posisi yang sebenarnya juga sedang aku incar.

Kaget ... adalah respon pertama yang aku layangkan. "Ini benar mb, sy dapat panggilan untuk ikut tes? Padahal itu lamaran sy sudah lama banget lo?" tanyaku berkali-kali pada perempuan yang mengaku bagian HRD. Dia pun berkali-kali menegaskan, iya. Fix, memang itu adalah lamaran kerja 2 tahun 5 hari yang lalu tertanggal email 19 Maret 2015.

Sedang dalam kondisi yang kalut ini, aku bagai mendapat lamaran. Bukan melamar. Tiba-tiba saja kesempatan emas datang di depan mata. Apa ini rencana Tuhan yang sedang disiapkan-Nya untukku?

Entahlah, hanya Dia satu-satunya Dzat Yang Maha Mengetahui. Tanpa pikir lebih jauh, aku iyakan panggilan itu. Toh ini hanya baru tahap tes, ya paling berupa psikotes, test tertulis atau wawancara. Tidak ada salahnya aku datang, setidaknya untuk mengasah kemampuan diri, mengukur kembali tingkat kapasitas otak dan bertemu job seekers lainnya di luar sana. It's such a fun meeting. Pikirku kala itu. Oke, let's do it. Aku berangkat. Dan untuk pertama kalinya juga, aku kembali mengikuti rangkaian test panjang setelah hampir dua tahun lamanya. Tapi hanya saja yang membedakan kali ini, semua terasa ringan dan anteng-anteng saja. Tidak bergejolak seperti sebelum-sebelumnya. Apa karena ini hanya sebatas uji diri bukan kebutuhan? Atau jangan - jangan memang dipermudah oleh Tuhan, karena Dia tahu ini yang terbaik buat diriku?  (masih terpaku dalam dua penafsiran yang sama kuat)

Semua berjalan begitu mulus. Rangkaian test tertulis agama, bahasa inggris, pengetahuan umum dan wawancara dengan 3 orang pakar dibidangnya (agama, pendidikan dan HRD). Sampailah pada tahap akhir, kesempatan untuk menuju pada pilihan yang berat. Semua sudah jelas, tidak hanya dari segi income yang terbilang  berangka lebih besar dari yang sekarang tapi juga peningkatan diri yang kelak aku dapat. Serta kesempatan - kesempatan emas lainnya yang juga pasti akan aku tuai jika aku bergabung. Semua dijanjikan begitu indah.

Hatiku makin berkecamuk. Sebenarnya juga sudah berniat untuk melepaskan diri dari sini. Tapi bukan sekarang. Beberapa bulan lagi lah, sambil menunggu tahun ini berlalu. Dan itu pun sudah berniat akan di tanah perantauan yang berbeda. Minimal Indonesia Bagian Tengah.

Beberapa hari dua pilihan itu saling bertubrukan di benak. Bagaimana kalau ini sebenarnya jalan yang terbaik? Kesempatan baik lo. Tapi itu kan impian mu 2 tahun lalu, bukan sekarang? Memang ikhlas mengorbankan beberapa bulan saja? Sudah siap kembali beradaptasi dengan lingkungan baru? Pindahan dengan barang-barangmu yang segudang? Ah itu gampang, diluaran sana orang bertarung kuat ingin ke sana, ini kamu malah mau nolak, yakin? Ambil saja, Insya Allah akan diberi kemudahan untuk rencana-rencana yang sudah disiapkan. Yakin, mau bertahan? Kondisi ini sudah parah loh, masih yakin bisa mengontrol diri. ARRRGGGHHHH......... Atau ternyata kamu sudah terlalu nyaman di posisi aman Wilda?

Itu hampir menjadi minggu-minggu terberat. Pikiran-pikiran jauh yang melayang, kontrol diri yang tidak bisa diatur, kurang tidur, pola makan tidak benar, untung saja sakit tidak menggerogoti, malah sebaliknya, berat badan menjadi khilaf.
Yang pasti air mata pun ikut andil  dalam pengaduan pada-Nya dalam do'a dan Istikhorah, karena Dia lah sesungguhnya satu-satunya Dzat yang membolak-balikkan hati manusia.

Saran pun masuk kiri-kanan dari orang-orang terdekat. Aku hanya bercerita pada segelintir orang yang aku percaya bisa mengerti posisi dan apa yang sedang aku alami. Empat orang itu, memberikan masukan masing-masing dengan statement yang tentunya berbeda-beda. Tapi, mau seperti apapun masukan terbaik yang diterima, keputusan tetap harus diambil. Intinya hanya sebuah KEPUTUSAN dan KEPASTIAN.

Bismillah... Ini bukan hanya tentang sebuah karir. Bukan hanya tentang sebuah tawaran yang lebih menggiurkan. Bukan hanya tentang pindah kerja. Lebih jauh dari itu. Lebih tentang sebuah hati dan perasaan. Ah, atau aku yang terlalu membawa perasaan ini lebih jauh? Tapi tidak. Memang begitulah adanya. Apapun itu, itu adalah tentang sebuah niat, niat yang berakar dari hati. Mau bagaimana pun, ya kembalinya ke hati.

Bismillah...semoga ini adalah keputusan terbaik.  Keputusan terbaik menurut Allah SWT untukku, bukan terbaik menurut pandanganku.

Bismillah...
"Bisa bicara dengan mb Devi? "
"Dari mana?"
"Wilda "
"Assalamualaikum mb Devi, sy Wilda Hikmalia...... (aku kemukakan alasan yang jujur sejujur jujurnya)....... MAAF.... SAYA MENGUNDURKAN DIRI.

Karena Ini adalah Perkara Hati, Impian dan Tanggungjawab.




Hamba yang dalam penyerahan hidup hanya sepenuhnya pada-Mu Ya Rab,
6 April 2017, 10.00 am

You Might Also Like

0 Comments