Best Friends Ever After

Oktober 28, 2015



Aku menitikkan air mata membubung ke angkasa. Menahan perih, menelan kembali kisah dan menutup episode kali ini dengan berusaha tegar seperti biasa. Aku melangkah lunglai dan menyembunyikan butiran kesedihan itu dibelakang kacamata. Aku kembali dihadapkan pada kata perpisahan dalam pengembaraan ini. Perantauan ini masih panjang, tetapi episode kali ini sudah selesai.Tamat. 

Hidup = awal-akhir

Aku tidaklah seperti apa yang tampak dari luar. Pertemuan, merajut hidup, keluarga baru, kisah dan perpisahan. Inilah yang aku lakoni ± 6 tahun ini di ranah orang. Banyak sudah etape-etape yang sudah aku lalui. Roda itu sudah aku lewati dari tiap sisi. Kali ini kembali terpaksa ku menutup sebuah kisah dimana sebenarnya aku ingin terus melanjutkan sampai episode yang tidak terbatas karena atas nama sebuah keluarga. Ya, sebuah keluarga baru yang sudah aku bangun 1 tahun 10 bulan 1 hari. Jauh dilubuk hati, aku sudah nyaman berada di rumah baru ini. Tapi … lagi-lagi … apa aku memang benar tidak ditakdirkan untuk berada di zona zaman?
Entahlah.

Kamis, 09 Juli 2015, 4.48 pm

Aku memberanikan menulis kisah ini. Berbagi dan mengenang semua lelucon, canda-tawa serta jatuh-bangun di rumah ini. Aku ingin meluapkan semua pada oret-oretan blog ini. Semua serasa membuncah dihati. Campur-aduk dan tidak karuan.


Semata-mata kisah ini aku tuliskan demi mengingat kalian semua kawan. Terlalu banyak ilmu dan pelajaran hidup yang aku timba di sini. Terlalu banyak ketegaran yang aku kumpulkan dari sini. Terlalu banyak bekal hidup yang aku bawa dari sini. Dan terlalu banyak aku mencintai kalian semua. Ya…. Dibalik kemelut hidup yang aku punya di rantau orang, tanpa terasa kalianlah keluarga itu. Kalian …. Iya kalian semua.
---
09 September 2013

Aku datang ke sini mengetuk pintu rejeki dan berniat beribadah di lahan ini.
Seperti anak baru kebanyakan, aku terlihat kaku, pendiam, penurut dan sudah bisa ditebak karyawan yang lugu. Tapi itu di awal. Sepanjang perjalanan karir aku terus berusaha beradaptasi, berbaur dengan kalian dan bercita-cita kelak juga bisa seperti kalian semua.
Tanpa terasa hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan bulan berganti tahun. Dan tahun pun berganti kata perpisahan. 

Esok adalah harinya. Hari dimana aku tidak akan menduduki kursi biru itu lagi. Hari dimana aku tidak akan berceloteh panjang lebar lagi. Hari dimana aku tidak akan membanting telepon itu ketika marah besar. Hari dimana aku tidak akan bernyanyi-nyayi ria mengusik seisi ruangan. Hari dimana aku tidak akan ber be-te abis di saat sedang tidak mood. Semua akan berubah. Ya, bukanlah hidup ini juga mengajarkan perubahan dari detik ke detik. Aku bukan Wilda yang dulu lagi. Dan kalian juga bukanlah kalian yang sekarang ini. 

Izinkan aku teman, berbagi cerita sedikit tentang sosok kalian. Cerita yang nantinya juga akan aku kisahkan kepada anak cucu ku kelak. Cerita yang nantinya akan bisa aku kenang di saat rindu menyapa kalian. Cerita yang pasti akan mengalir sebuah ungkapan “Kalian Luar Biasa”.

        MBA NUNIK (Nunik Lantria) 


Hai mb Nunik, apa kabar? 

Dia adalah sosok perempuan perkasa yang pernah aku kenal. Apa adanya yang luar biasa, yang telak ku makan mentah-mentah. 

“Cowo itu juga lihat cewe dari kakinya. Pake sepatu napa kalo elo traveling.”
“ Beli anting kek, cincin kek, kalung kek biar keliatan cewe punya perhiasan.”
“ Duduk kaya di warteg aja lu. Gemana mau dapat cowo.”
“ Perawatan donk, suka jalan tapi muka kaga di rawat.”
Begitulah empat dari ratusan nasehat yang sering men skak mat batinku. Kalimat-kalimat pedas yang sering membuat ku berpikir panjang dan sering berkata, “Helloo Wilda, elu itu cewe, dengerin tuh nasehat.”
“Berisik Wilda, gandeng ah.” 

 Haa haa ini juga kalimat-kalimat yang sering menghujam ku ketika stress melanda dan gila merasuk jiwa. Bukan berhenti, malah aku makin menjadi-jadi. Bukannya seorang anak kecil, jika dilarang malah makin candu? Ya … aku anak kecil itu. Usia muda di lingkungan ini.

Mb .. maaf ya kalau ada kata-kata yang salah selama kita kenal. Tolong di beri do’a selalu Wilda kece ini. Lancar juga segala urusanmu. Dan kapan kita Abuba? Atau Hanamasa?


PAK BAY (Bayu Setyaji)
     



Ya, bisa dibilang dia yang paling resek. Resek tangannya, resek ulahnya dan rese juga otaknya. Pertama bersebelahan tempat, hampir semua dia menopang kerjaan padaku. Ha haa … untung saja Pak Bay elu ketemu gue yang baik hati, tidak sombong dan rajin menabung ini. Jadi semua beres-res. Walaupun begitu, elu setidaknya banyak memberi ilmu bagi gue. Iya ilmu, ilmu kerja dan juga ilmu hidup. Ilmu games juga. Berkat elu gue jago bakal bisa dibilang ketinggalan trend setelah berhasil menaklukkan permainan “Subway Surf”.

Elu jangan banyak-banyak rese lagi Pak Bay. Cukup gue korban yang jantungan gara-gara HP gue di bajak dan diancam bikin status gila yang terhina. “ Please, ada cowo ganteng donk yang mau jadi pacar gue.” Shitttt ….. apa-apaan itu. Turun pamor gue kalo itu berhasil elu ungkap ke media masa. Ingat umur Pak Bay. Iya, gue suruh elu ngingat umur ajah, dari pada elu ingat yang lain-lain. Trus jangan suka ngentutin orang tua. Kualat elu entar. 

Oya, salam ya buat dua ponaan gue “Abil dan Balan”. Semoga kita dilain waktu dipertemukan lagi lebaran malam takbiran di Purwokerto atau di ulang tahun Abil di tahun depan. Sukses selalu buat Pak Bay dan sekeluarga. 

PAK MUN (Mundakir)

Apa kabarnya Salatiga Pak Mun?

Kapan-kapan Insya Allah saya akan bertandang ke sana lagi. Masih banyak puncak-puncak yang belum saya jamah di kampung halamanmu. Lebaran tahun ini, aku tidak akan menebeng dengan mu lagi sampai Tegal. Aku tidak akan merasakan lagi 31 jam menuju Purwokerto. Tahun ini aku ingin menengok kampung halamanku. Sama seperti mu, terkadang aku juga merindu bertegur sapa dengan keluarga ku di sana. Tidak seperti mu yang bisa dua minggu sekali meluncur dengan Laju Prima.

Oya, kapan mau traktir saya makan lagi sesekali di Jojo? Nasi Padang? Narwi? Atau warteg belakang sekolah SD? KFC? Rujak? Haa haa mungkin tidak akan pernah lagi ya.

Terima kasih lo Pak Mun. Sesekali uang saku yang sering kau beri padaku, cukuplah untuk membeli satu bungkus nasi padang dan paket Hokben Teriyaki untuk makan malam ku.
“Jangan stress Wil !!! “ itu kata-kata yang sering kau ucap di hari-hari belakangan ini. Tidak Pak Mun. Aku tidak stress, hanya ingin menjadi normal saja. Haa haa
 


PAK HARNO (Suharno)

Assalamu’alaikum Pak Ajiiiiii.
Gemana, Bromo cetar membahana kan? 

Beliau adalah yang tertua di kantor ini. Beliau selalu mengingatkanku dengan ayah ku di kampung sana. Mereka hanya beda beberapa tahun. Sering di waktu senggang kami berbagi kisah, inspirasi dan petuahnya selalu melekat dihatiku.

“Kamu, emosi itu Wil yang harus bisa diredam.”
“Iya Pak, saya akui itu adalah kelemahan terbesar saya.”
“Saya tahu, itu adalah pembawaan dari lahir (gen). Bisa dari orang tuamu atau kakek nenekmu. Itu tidak bisa dihilangkan, tapi itu bisa diredam dan dikontrol. Jangan meledak-ledak. Harus bisa mengontrolnya.”
 
Aku paling senang dikritik seperti ini. Semakin mengingatkan ku untuk selalu mengintrospeksi diri ke jalan yang lebih baik lagi.
 
“Kamu masih muda. Peluang lain diluar sana siap menunggumu.”
Iya Paak Haji. Terima kasih do’a dan dukungannya. Sekarang, jalan baru itu sudah di depan mata saya. Insya Allah saya siap menghadapinya. Dan terima kasih juga titipan do’a saya di tanah suci berkenan untuk disampaikan lebih dekat kepada-Nya.
Siap Pak Aji … Semgangat-semangat. !!!

OM ALEX (Farid Bayubrata)



Ah sebenarnya malas untuk memasukkan nama ini didalam kisah kali ini. Tapi sosok lelaki yang satu ini sudah terlanjur masuk dalam album petualangan, ya apalah daya, mau-tidak mau dia ikut dalam bagian. Heee hee … becanda om … abisnya elu keseringan om do. Hoax. 

Jagi gemana om, asah batu akik berjalan lancar?
Kebelakang masih sering ga?

“Wil, ga bisa nih.”
“Ga bisa kenapa om?” Gue deg-deg takut BG bermasalah.
“KTP gue mati.”
Ya elah, elu udah berhasil bikin jantung gue dag-dig-dug om. KTP elu mati, SIM juga … Naudubilleh … elu om om. Trus kalau semua mati gitu, kenapa kaga di urus? Salah gue gitu. Iya deh, salahin gue ajah, emang gue buat disalahin kok. Wkwkwwk .. hanya orang-orang tertentu yang bisa faham dengan paragraph terakhir ini.
Sukses selalu buat elu ya Om.


EKAL 

Bocah tengil satu ini tidak lebih muda dari umur adikku. Tetapi dia termasuk yang beruntung duluan daripada aku yang masih meratapi nasib ketika menulis cerita ini. Ya, walau terkadang menjengkelkan lah sikapnya ketika diminta tolong ke bank atau keluar, tetapi dia tetap menjadi bagian dalam cerita non fiksi ini. Sukses selalu bro….








Terima kasih Tuhan, Kau berikan aku kesempatan untuk merajut persaudaraan, berbagi kisah, berkarir dan menimba ilmu banyak di lumbung ini. Keluarga baruku terbentuk di sini. Kau titipkan secercah kebahagiaanku pada mereka.
     Terima kasih Tuhan, rejeki-Mu tiada pernah terbatas untukku. Engkau sisipkan orang-orang mulia disekitarku, Engkau ijinkan aku mengenal mereka lebih jauh. Meski buku ini telah tamat. Aku siap menulis kisah baru dihadapan sana.
     Pada akhirnya memang perjalanan manusia tidak ada yang tahu, hanya bisa berencana, tapi Engkau penentu segalanya.
Good bye team … Sukses selalu untuk kita semua.
BSD, 10 July 2015

 “Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (Al-mulk : 15)




 




You Might Also Like

0 Comments