Cakrawala Diufuk Bromo

Oktober 10, 2014

Kisah perjalanan "Long Trip Lebaran 2014" (24 Juli-5 Agustus 2014) : Jakarta-Purwokerto-Wonosobo-Dieng-Jogja-Probolinggo-Bromo-Rakum-Malang-Bandung-Jakarta

Jalan masuk menuju lautan padang pasir Bromo 
Cerita sebelumnya disini

Provinsi Jawa Timur memang tidak diragukan lagi akan potensi wisata  yang dimilikinya. Terletak dipaling ujung pulau Jawa dan berdekatan dengan Pulau Bali, Jawa Timur menawarkan berbagai pesona keindahaan yang sangat memanjakan mata yang tidak kalah menarik dari pulau tetangganya. Mulai dari kekayaan ekosistem  laut, kebudayaan, sejarah peradaban, puncak tinggi menjulang dan bahkan fenomena-fenomena alam yang tidak akan dijumpai didaerah lain dimanapun di dunia ini tersajikan dengan elok di tanah timur Jawa ini.
Salah satu yang menarik perhatian saya dan sudah diniatkan dari tahun lalu adalah menginjakkan kaki disalah satu Taman Nasional di Jawa Timur yaitu TNBTS (Taman Nasional Bromo, Tengger dan Semeru) . Dan kali ini saya berkesempatan terlebih dahulu mencicipi pesona Gunung Bromo.


Kawasan Taman Nasional Gunung Bromo merupakan salah satu gunung berapi yang masih aktif  dan berada dalam empat wilayah di Jawa Timur, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang dan kabupaten Malang. Dengan ketinggian 2.392 mdpl dan berstatus masih aktif Bromo menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan dan sangat terkenal di kancah dunia pariwisata. Tak elak, saya pun mencoba untuk lebih dekat mengenal, menikmati dan berbaur dengan kearifan lokal setempat. 

Mahakarya Tuhan di Kawasan Gunung Bromo 
Pananjakan II Bromo
Lokasi ini adalah spot terbaik untuk dapat menyaksikan sang mentari datang menyambut dan memberi kehangatan bagi para pecintanya. Di Kawasan Bromo ada dua pananjakan untuk dapat melihat sunrise muncul dan merambah mewah ke kawasan ini yaitu Pananjakan I dan Pananjakan II. Sebenarnya dua tempat ini adalah titik terbaik bagi para sunrise lovers, memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri. Namun yang paling terbaik diantaranya adalah Pananjakan II karena memiliki medan yang cukup menantang untuk dapat menggapainya.

Tepat sekitar jam 4.15 pagi saya sudah berada diparkiran terakhir pos Pananjakan II. Dingin yang menusuk tulang tidak menghambat semangat saya untuk segera mencapai titik  tertinggi demi sang mentari. Menuju ke sebuah bukit terakhir, track yang dilalui adalah berupa tanjakan off road yang tidak bisa dilalui oleh kendaraan kecuali menggunakan jasa angkutan kuda. Beragam penduduk setempat (yang didominan Suku Tengger) menawarkan tumpangan kuda ini bagi setiap wisatawan yang akan menuju bukit, tentunya dengan harga yang relatif merogoh kocek. Jika stamina mendukung, sebaiknya cukup dengan berjalan kaki saja sembari olahraga melawan dinginnya hawa yang membalut kulit. Jika tidak bias, silakan memilih alternative berkuda yang ditawarkan. 

Lautan Bromo dari Pananjakan II diselimuti gumpalan putih
30 menit berlalu. Saya sudah berada dititik terakhir sebuah bukit dan siap menyambut sang surya menyapa bumi. Menunggu untuk beberapa saat tidak membuat saya jenuh karena hikers yang cukup ramai menjadikan suasana asyik ditemani senda gurau dipagi hari. Namun sayang, penantian itu lagi-lagi belum berpihak kepada saya di subuh ini. Sang mentari masih malu-malu untuk menampakkan diri. Kabut yang terlalu tebal dan cuaca yang kurang mendukung membuat sang surya tidak dapat menjamah Kawasan Gunung Bromo seperti biasanya. Hhhmm .. sedikit kecewa , karena mengingat perjuangan untuk mencapai titik ini tidaklah mudah. Tapi apalah daya , sunrise lewat setidaknya pemandangan ciamik dari bukit ini dapat menjadi pelebur lara duka dihati. Pelan-pelan awan/kabut putih yang mendiami Puncak Bromo menari-nari indah memanjakan mata. Hamparan luas mahakarya Tuhan menjadi penyejuk mata bagi setiap insan_Nya . Sungguh view yang sangat spektakuler untuk menyaksikan puncak-puncak tertinggi di Pulau Jawa (Bromo–Mahameru) yang seolah berdampingan.

Berekspresi di Pananjakan II 
 Kawasan Taman Nasional Gunung Bromo

Beranjak turun meninggalkan Pananjakan II, kaki berangsur menuju ke kawasan kaldera atau lautan pasir Bromo. Sebelumnya saya mengisi stamina dengan sarapan pagi terlebih dahulu disebuah warung makan sebelum pintuk masuk TNBTS. Untuk selera kuliner, para wisatawan tidak usah khawatir karena banyak sekali warung makan ataupun café-café yang berjejer disepanjang jalan utama apalagi menjelang masuk ke Kawasan Bromo sekitar. Baik untuk sekadar mengisi perut, ataupun nongkrong ria ditemani secangkir kopi, sungguh duhai rasanya mengusir dingin yang merangkul badan.

Setelah membayar karcis masuk pengunjung seharga Rp 27.500,- dan tarif masuk kendaraan roda dua senilai 5.000 rupiah, motor yang saya boncengi siap melaju menuju lautan padang pasir Bromo.

Turunan jalan yang beraspal bagus , membuat laju kendaraan sangat mulus dipagi ini membelah bebagai panorama yang ditawarkan oleh Bromo. Takjub,, itulah kata-kata awal yang saya lontarkan dari mulut. Seolah tidak dapat diungkapkan lagi betapa Bromo mencuri hati saya . Memasuki hamparan padang pasir, pelindung udara pun (masker) saya pasang. Untuk melindungi udara disekitar karena pasir-pasir beterbangan dilalui oleh motor maupun jeep-jeep tangguh para wisatawan.

Membelah jalanan padang pasir, tentu bukanlah hal yang sangat mudah. Walaupun jejak-jejak kendaraan dapat dilihat dan diikuti tapi sesekali terjebak diantara ‘lumpuran’ pasir adalah hal yang tidak dapat dihindarkan. Namun demikian, matic yang dikendarai oleh teman saya sangat lihai untuk dia atasi walaupun tak jarang memaksa saya harus turun dari motor dan membantu untuk mendorong karena terjebak di lautan pasir. Sungguh pengalaman yang luar biasa !!!

Batok berdiri megah diantara hamparan pasir
Setelah melalui perjuangan yang cukup sengit, akhirnya sampailah saya dititik sebuah pura di tengah-tengah gurun Bromo. Pura ini bernama Pura Luhur Poten yang dijadikan sebagai pusat ibadah umat hindu terutama bagi Suku Tengger yang tinggal disekitaran Gunung Bromo. Disini jualah upacara-upacara keagamaan suku Tengger digelar, seperti Yadnya Kasada, Hari Raya Karo dan Unan-unan.

Kembali saya menikmati dan acap kali terkagum-kagum dan bertanya dalam hati, penciptaan yang sungguh sangat luar biasa. Hamparan padang pasir yang dikelilingi bukit-bukit hijau, dan puncak-puncak ditengahnya membuat mata seolah tak mau berkedip sedikitpun dan decak kagum tak henti-hentinya saya ucap. Ya … itulah ciptaaan Sang Maha Pencipta, yang tak seorangpun dapat menyamainya. 

Salah satu puncak gersang yang menjulang di kawasan Bromo
Pura Luhur Gunung Bromo Poten 
Pada Kawasan Taman Nasional Bromo banyak kemewahan-kemewahan lain yang menjadi minat tersendiri bagi para wisatawan disamping hamparan lautan padang pasir. Misalnya saja seperti ; Kawah Bromo, Pasir Berbisik dan Bukit Teletubbies yang masih dalam satu kawasan dan dapat dijaukau dengan kendaraan.

Untuk menuju ke Kawah Bromo sendiri,  memiliki tantangan yang sangat memacu adrenalin dan dibutuhkan tenaga serta stamina extra jika ingin menuju ke Pusat Kawah inti. Tidak hanya melalui trek padang pasir yang berupa tanjakan tapi setelah itu ratusan tangga siap menunggu dan mengantarkan para penunjung ke atas menuju Kawah Bromo. Jika semuanya memungkinkan, silakan lebih dekat dengan objek yang satu ini tetapi pikir masak terlebih dahulu sebelum memulainya.

Jalur menuju ke Kawah Bromo
Tidak seperti jalur menuju kawah, Pasir Berbisik dan Bukit Teletubbies bisa dijangkau dengan akses yang mudah tentunya dengan kendaraan yang siap mengantar membelah lautan pasir menuju dua objek ini. Konon, dinamakan Pasir Berbisik karena deru angin yang membawa pasir dikawasan ini saling sahut-bersahutan dan menimbulkan bunyi indah yang lembut didengar oleh telinga. Sedangkan Bukit Teletubbies karena bukit tersebut menghampar hijau luas bak bukit kartun yang dinamainya. Pesona yang tak dapat dipungkiri, bahkan di bukit ini pun banyak para pasangan-pasangan yang mengabadikan moment pre-wedding mereka di objek nan rancak ini. Tentunya semua pesona keindahan ini sering dilirik juga oleh dunia entertainment Indonesia sebagai lokasi syuting.

Tak dipungkiri, saya sangat menikmati tiap-tiap detik berada di kawasan ini . Decak kagum dan rasa syukur tak henti-hentinya saya panjatkan , bak berada disuatu belahan dunia yang memesona dan itu semua saya nikmati sepuas dan semaksimal mungkin tanpa mengindahkan hal-hal kecil. Indonesia ku, kekayaanmu memang tiada duanya . Semuanya menyatu dalam anugrah Tuhan Sang Maha Pencipta. Kawasan Taman Nasional Gunung Bromo, menjadi satu dari sekian banyak lukisan Tuhan yang dititipkan di Bumi Pertiwi ini. Dan kita, sebagai jiwa yang dititipkan sudah sepatutnya menjaga, melestarikan dan terus memberdayakan semua keindahan ini tentunya dengan berbagai cara agar alam selalu bersahabat dan berdampingan dengan manusia.

Bromo. Sabtu ,2 Agustus 2014

Hamparan bukit menjulang menyelimuti kawasan padang pasir Bromo
Bersambung disini 

You Might Also Like

0 Comments