Pertama Kali Naik Cebu Pacific ke Manila Filipina

Mei 14, 2023


Agenda lebaran tahun ini sebenarnya adalah Manado. Lebaran di sana, kemudian naik kapal menuju Sangihe dan lanjut pulau-pulau kecil lainnya sampai ujung ke Pulau Miangas yang berbatasan langsung dengan negara Filipina. Atau bisa jadi juga ke Papua. Melengkapi lagu ‘Dari Sabang sampai Merauke’. Kalau tiket domestik tidak support, ya sudah masih bisa ada opsi Ambon dan Banda Neira. Namun, apa dikata. Setelah berselancar sana-sini tiket domestik sangat sinting sekali harganya.


Jika dirunut, ini adalah kali pertama orang-orang bisa bepergian pulang kampung dikala lebaran tanpa tes antigen atau persyaratan lainnya untuk bepergian. Tahun lalu saja aku masih ingat, masih butuh syarat PCR untuk meninggalkan Indonesia berlebaran di Malaysia. Bahkan untuk penerbangan domestik disyaratkan wajib sudah vaksin booster (vaksin 3x). Tahun ini, syarat-syarat seperti itu sudah dibebaskan, tentu saja orang akan berbondong-bondong mengulang tradisi pulang kampung yang selalu meriah sebelum 3 tahun belakangan dikungkung oleh wabah covid yang melanda.


Impian dua minggu berkelana di Sulawesi Utara harus rela aku lipat kembali untuk jangka waktu yang entah kapan bisa terlaksana. Cerita yang mungkin akan menjadi buku keempat juga harus ikhlas aku pendam. Ah, tadinya sudah terbayang akan bertemu dengan warga lokal dan berbagi cerita dengan mereka. Menjadi diri yang lepas dan tidak terikat dengan title, nama atau printilan-printilan lainnya yang selalu melekat. Cukup dikenal sebagai Wilda, sebuah nama yang juga membawa cerita tentang hidup yang masih terus dia perjuangkan. Tapi harga tiket yang sangat melambung tinggi, membuatku memutar otak, ah, bukan Indonesia lagi, sepertinya. Dengan berat hati, perburuan tiket dalam negeri harus aku tinggalkan. Semua harga tiket rata-rata membuat kepalaku nyut-nyutan. Baiklah, saatnya berburu tiket ke negara orang saja.


Karena tidak mau ribet mengurus visa dan juga waktu yang mepet, akhirnya aku putuskan untuk berjuang mencari tiket-tiket murah ke negara bebas visa bagi pemegang paspor Indonesia. Menyisir mulai dari negara yang berakhiran -stan. Oya, Kyrgyzstan, Kazakhstan dan Uzbekistan manjadi top list number one pencarian.


Mulailah mengubek-ngubek tiket sana-sini. Mulai dari platform Indonesia sampai e-ticketing luar negeri. Konversi dollar ke rupiah, pindah website ini dan itu. Nepal, Hong Kong, Vietnam–direct flight, transit, VoA dll dkk kuhajar kurang lebih dalam dua hari. Membandingkan mana yang lebih murah, mana yang paling masuk akal, dan perbandingan-perbandingan lainnya. Finally, pilihan tertuju pada Filipina dengan maskapai Cebu Pacific.Perburuan yang menggila selama dua hari, akhirnya bisa membuatku bernapas lega. Setidaknya tiket sudah aman. Yang lain-lainnya mari nanti kita pikirkan nanti.

Boarding Pass Cebu Pasicif CGK-MNL

Kalau dipikir-pikir, niatnya mau ke ujung Indonesia bagian utara yang berbatasan langsung dengan Filipina, eh tapi malah jadinya ke negara tetangga itu. Kembali diingatkan, itulah hidup, ya. Kuasa kita hanya sampai berencana, penentu tetap di tangan Sang Mahakuasa. 


Speaking of Cebu Pacific, maskapai ini merupakan maskapai penerbangan Filipina yang bertarif rendah. Kalau di Indonesia bisa dibilang kayak Lion Air atau Air Asia. Harga tiketnya relatif murah untuk penerbangan tanpa bagasi. Sebagai maskapai yang berbasis di Ninoy Aquino International Airport (NAIA), Manila, Filipina, Cebu cukup banyak melayani rute domestik dari Manila ke beberapa kota lainnya seperti Puerto Princesa yang juga banyak menjadi idaman wisatawan untuk wisata laut di Palawan. Sedangkan untuk rute International, selain Jakarta dan Bali (Indonesia), Cebu juga melayani penerbangan ke Sydney Australia, Jepang, Incheon Korea, Hong Kong hingga Dubai.

Rute domestik Cebu Pacific
Rute internasional Cebu Pacific

Ketika berburu tiket, aku memesan tiket Jakarta-Manila melalui situs agoda.com. Tentu sebelumnya sudah compareharga di official website cebupacificair.com. Untuk keberangkatan aku booking penerbangan tanpa bagasi. Toh, satu cabin size baggage saja sudah cukup. Nah, untuk pulang barulah aku membeli bagasi 20kg. Jaga-jaga kalau overload muatan pas pulang dari Manila. Hehe.


Untuk jam penerbangan, Jakarta – Manila ada di dini hari yaitu pukul 00.15 dengan direct flight selama 4 jam. Sedangkan untuk pulang di jam 20.25 waktu Manila. Ingat ada perbedaan waktu 1 jam lebih cepat Manila dibandingkan Jakarta, ya. 


Pengalaman pertama naik Cebu Pacific yang tak akan pernah terlupakan olehku adalah pilihan window seat yang ternyata zonk. Saat check in aku request window seat kepada petugas.

            “Kalau ada window seat, boleh ya, mas?”

            “Oke.”

Lucunya, mas petugasnya nggak ngasih tahu, kalau window seat yang available itu adalah nomor 32. Ternyata, kursi nomor 32 itu adalah kursi zonk. Window seat yang dimaksud sama sekali tidak ada window-nya. Pure tertutup. Selain itu, duduk di kursi ini ternyata cukup bising dengan bunyi mesin. Ini adalah kali pertama aku duduk di kursi paling belakang pesawat. Selain tak ada jendelanya, bunyi mesin yang memekakkan telinga juga lumayan mengganggu dan membuat tidak nyaman. Alhasil, penerbangan selama 4 jam harus dilalui dengan penuh kesabaran, ditambah juga serasa menjadi penjaga pintu lavatory.  

Nomor urut kursi yang tidak ada jendelanya

Selain itu, perlu diketahui, sebagai maskapai yang terjangkau dari segi biaya, kursi Cebu Pacific ini tidak bisa di setting sandaran kursi sama sekali, gais. Plek. Tegak lurus saja. Yah, namanya juga maskapai berbiaya murah, ya. Jadi nggak usah complain ini-itu. Cukup dinikmati saja. Sing penting penerbangan lancar jaya. Etapi kalau pilihan kursi tadi, seriusan deh, kalau kamu pecinta duduk di window seat, walau penerbangan di malam hari juga, pleasejangan di 32, ya. Mending di kursi lain atau di tengah sekalian.


Secara keseluruhan oke-oke aja sih naik Cebu Pacific. Setidaknya pernah punya pengalaman naik maskapai Filipina walau bukan Philippine Airlines. Mudah-mudahan yang ini suatu hari nanti kesampaian, ya. Amin. 


Ketepatan waktu penerbangannya juga oke. Waktu berangkat sempat banyak turbulence yang membuat tegang, tapi ketika landing di Manila cukup smooth. Pas balik ke Indonesia, alhamdulillah semua aman sentosa. Take off oke, selama penerbangan juga tenang, bahkan beberapa kursi belakang banyak tak terisi penumpang. Jadinya, aku bisa tiduran di tiga kursi kosong yang berjejer. Saat di Jakarta, juga smooth landing banget. So, bagi kamu yang mau coba traveling dengan kocek murah ke Filipina, bolehlah Cebu Pacific jadi pilihan penerbangannya.

Cerita berikutnya baca di sini, ya :)

You Might Also Like

0 Comments