Review Novel Wedding Agreement

Maret 09, 2019

Sebuah novel yang tuntas dalam semalam

Kapan terakhir kali membaca buku berjam-jam nonstop dan terlarut di dalamnya?
Ah, it's been a long time ago. Terakhir kalau tidak salah ingat, sudah bertahun-tahun lamanya aku tidak merasakan lagi sensasi membaca seperti ini.
Sebagai pecinta novel kelas "berat" awalnya aku ragu untuk membuka lembaran awal dari novel ini. Novel-novel pamungkas kelas kakap sudah terlalu lama berdiam di otakku. Terakhir kali yang aku ingat, aku pernah berlarut sampai jam 2 pagi menuntaskan novel Bumi Cinta goresan tangan Habiburrahman El Shirazy. Bahkan novel itu sudah aku tamatkan dua kali. Selanjutnya novel-novel serupa dengan penulis kenamaan selalu menjadi santapanku, Ahmad Fuadi, Dahlan Iskan, bahkan yang terakhir adalah I am Sarahza, kisah perjuangan putri Pak Amin, Hanum Rais bersama sang suami Rangga Almahendra.

Aku menemukan novel ini tanpa sengaja.
Sore itu aku melihat seorang guru di sekolah yang sedang khusyuk membacanya sambil menunggu jemputan suaminya. Aku menyapa apa gerangan buku yang sedang dia baca. Dia mengangkat cover-nya, "Wedding Agreement". Teg. Aku tertohok sejenak dan menelan ludah. Membaca judulnya saja aku langsung merinding, apalagi yang membacanya adalah seorang perempuan yang sudah berkeluarga. Aku bertanya-tanya dalam hati sambil mengerutkan dahi, is everthing oke? Kenapa membaca bacaan dengan judul seperti itu? Maklum, waktu itu aku berpikir ini buku berisikan perjanjian-perjanjian tentang pernikahan atau semacamnya. Bagaimana menentukan pasangan, bagaimana pernikahan itu sendiri, bagaimana nanti kesepakatan suami-istri setelah menikah. Atau pikiran semacamnya. Aku langsung mundur. Sebagai wanita single, aku agak ngeri membaca judulnya.
Ditambah lagi teringat, ketika kemarin dari Anambas seorang perempuan yang aku temui di perjalanan (yang juga sedang traveling bersama putra kecilnya) mewarisiku sebuah buku berjudul Why Men Want Sex and Women Need Love. Katanya bagus buat dibaca, biar tak salah pilih (partner) atau bisa mengenal karakter lelaki lebih jauh lagi. Begitu kata -nya. "Mumpung elu masih muda, belum nikah," tambahnya. Kala itu aku terima saja, sungkan untuk menolak pemberian. Tapi setelah di bolak-balik sekilas aku ragu untuk membacanya. Takut terkontaminasi dan membuat pikiranku melayang-layang tak jelas. Aku belum ada pandangan jauh "soal itu."

Aku pikir tadinya buku ini sama dengan buku itu. Berisi hal-hal semacamnya. Jadi aku menolak untuk tahu lebih jauh lagi.
Dilalahnya, kemarin aku bertemu lagi dengan guru itu. Dia mengeluarkan novel ini dari dalam tas hitamnya dan mengulurkannya padaku. Aku sempat menolak, alasanku kuat, khawatir pikiranku menjamah hal-hal di luar nalar. Tapi aku tak mengungkapnya secara terang-terangan. Beliau terus meyakinkanku, it's okay to read this book. Baiklah, lagi-lagi aku sungkan untuk menolak.
Pulang kerja aku mengeluarkan novel ini dari dalam tas dan menaruhnya di atas meja depan TV. Abis Isya aku stand by menyetel TV mengecek apa ada film barat bagus di Trans TV. Ternyata tak ada. Ada film tayang tapi aku tak terlalu suka. Masih jam setengah 9 malam pikirku, what should I do next? Aku merogoh novel ini dengan santai. Iseng-iseng buka saja, pikirku. Tapi ternyata baru saja bagian pertama yang kubaca sudah membuatku penasaran dengan bagian-bagian berikutnya.

Ternyata buku ini di luar yang aku duga. Ini novel ringan pertama yang berhasil membuatku larut di dalamnya. Sudah lama aku tak merasakan debaran jantung ketika membaca seperti ini. Aku tak bisa berhenti. Bab demi Bab terus kupacu. Membuatku makin penasaran dan ingin lanjut lagi. Ah candunya melebihi drama korea.
Jam terus berputar, tak di sangka sudah jam 12 malam dan aku masih terus lanjut membacanya. Jam 1, jam 2 sampai jam setengah 3 pagi. Oh My God. Rekor terbaru dalam membacaku. Dari jam setengah 9 malam sampai jam setengah 3 pagi. Benar-benar gila candu cerita di novel ini. Itupun kalau tidak aku paksakan untuk tidur, aku mungkin akan lanjut sampai Subuh. Benar-benar speechless
Baru memaksakan tidur beberapa jam aku terbangun. Wudhu, salat Subuh dan melanjutkan kembali untuk menyantapnya. Tersisa sedikit lagi, semangatku. Daripada tambah penasaran. Dan akhirnya aku menamatkan di jam setengah 8 pagi ini. Dari jam 5 pagi sampai jam setengah 8. Finished. Novel setebal 352 halaman ini tuntas aku baca dalam semalam, hanya membutuhkan waktu kurang lebih 7 jam. Fantastic

Apa sih yang membuatku terlarut dalam novel ini? 
Sumpah, ini adalah novel "ringan" yang mudah dicerna. Setiap babnya membuat penasaran. Mudah difahami dan gampang diolah otak. Terutama kisah yang diceritakan di dalam novel inilah intisari yang menariknya. Kisah seorang perempuan yang pantang menyerah mempertahankan rumah tangganya. Kisah yang menyelipkan nasihat-nasihat Islami di dalamnya. Tidak hanya khusus tentang pernikahan, tetapi juga tentang kehidupan. Dan terutama sekali tentang bagaimana kita sebagai seorang hamba harus selalu menomor satukan Allah SWT. 
Acap kali aku merinding membaca bagian-bagian tertentu, terutama bagaimana seharusnya kita menginstropeksi diri, tidak menyombong dan agar selalu memuhasabah diri. Duh Gusti, benar-benar cerita yang mendalam. Tak menyangka aku bisa menemukan novel sebagus ini. Aku selalu suka dengan cerita-cerita seperti ini yang selalu menyelipkan nilai-nilai keagamaan di dalamnya.

Thanks Mbak Mia atas karya terbaiknya. Semoga selalu bisa memberikan suguhan-suguhan bacaan dalam kisah "ringan"  berisi “berat” seperti ini.
I know, sebuah tulisan fiksi itu kebanyakan memang berasal dari kisah nonfiksi di kehidupan nyata di luaran sana. Semoga novel ini bisa menyemangati  dan menginspirasi siapa saja yang memang sedang berjuang "dalam kisah" rumah tangganya. 
And… 
Sepertinya aku akan kembali mengulang membacanya. Membeli bukunya dan berlarut lebih lama lagi dalam kisah Tari dan Bian.

Notes* 
Bikin baper single-Lillah-nya kebangetan  hehe

BSD, jam 8.18 pagi 
1/12/18

You Might Also Like

4 Comments

  1. benar bangat ,aku bahkan baca sampe 4 kali,dan benar benar belum pas juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha betul, bikin nagih dan nagih terus. Can't wait tayang di bioskopnya. Semoga hasilnya bisa menyetarai novelnya :)

      Hapus
  2. Reviewnya keren kak, cocok jadi penulis :)

    BalasHapus