Selamat Jalan Kawan

Maret 09, 2016


Rintik hujan menemaniku dalam tangis yang tiada henti dalam lubuk hati di stasiun ini. Pekikku membuncah mengingat dirimu yang kini hanya tinggal nama. Semakin menjadi, seolah hujan makin garang menutupi tangis ini. Sesak rasanya kawan harus menerima semua ini. Serasa langkah tergopoh-tergopoh karena harus menghadapi hari-hari ke depan tanpa semangat dari dirimu lagi.

Hari ini, dua sholat aku lewati. Sholat Gerhana Matahari dan Sholat Jenazah untukmu kawan. Tenang di sana ya, ku iringi do'a nantinya dalam Sholat Gaib dan alunan Yasin setelah suci nanti.

Aku masih berusaha kawan, menguatkan diri, menahan air mata hingga ulu hati tak kala aku bersanding dengan Ibu mu disamping tempat tidur putih itu. Aku malu untuk bahkan setetespun mengeluarkan air mata. Dokter berkata masih ada harapan, Ibu mu masih berusaha setegar jiwa menyebut Asma-Nya di telingamu berulang-ulang, lagi... lagi... dan lagi. Aku pun tak mau kalah, aku bisikkan kedatanganku padamu, "Mb Dee, ada aku loh di sini. Ada Nisa, ada Egha. Ayoo Bangun. Ayoo Semangat lagi." Aku berbisik padamu dalam senyum menahan air mata dipelupuk mata. Aku sesak mb ketika persis disebelah wajahmu yang lugu itu. Aku tahu Kau masih di sini. Aku tahu Kau masih berusaha. Dokter pun berkali aku pastikan, "masih kan Dok?"
"Masih. Bantu terus meski ktitis dan sudah kecil kemungkinan. "

Dan Kau tahu mb?
Tepat jam 13.44 Dokter mengganguk pelan dibalik kacamatanya itu. Beranjak ke pembaringanmu... Dan.... Menyatakan akhir segalanya.

Dan... tangis hatiku makin buncah.
"Ga pa pa Opi. Kalo mau jalan, mama, bapak, keluarga sudah ikhlas semua. Opi ga pa pa kalo mau pergi. Mama sudah ikhlas Nak. Ikhlas sayang. Pergilah dengan tenang. "

Ya Allah.. sungguh kalimat tegar yang aku dengar di detik-detik sebelum malaikat itu benar-benar meregang nyawamu. Mamamu sekuat dirimu mb. Tidak heran aku mengenal perawakanmu yang kokoh, ternyata itu Kau warisi langsung dari ibumu. Ibu terhebat yang pernah kukenal meski sesaat. Aku merangkul tubuh mungil Ibu yang telah memberikan aku seorang teman luar biasa sepertimu. "Saya bangga dan salut, Mama begitu tegar."
"Semua karena Allah Nak, mama ga butuh air mata, tapi do'a dari kalian semua, " ucapnya bersimpuh di lantai tepat di depan ruangan terakhir mu di rumah sakit ini. Aku memeluknya makin erat, berharap ketegaran dan keikhlasan itu menular padaku yang rentan ini.

Selamat jalan mb Dee..
Selamat jalan...
Selamat jalan...
Perjuangan mu sudah berakhir, tiada lagi masalah, tiada lagi air mata dan tiada lagi beban yang Kau pikul.
Terimalah usap keningmu yang terakhir dariku. Terimalah tatapan terakhir dariku untuk mu. Sebelum semua selang-selang itu dicabut dari tubuhmu. Terimalah ucapan terima kasihku yang terkahir kalinya untukmu.

Terima kasih mb, Kau pernah menjadi warna dalam hidupku.
Terima kasih mb, Kau selalu berikan aku solusi terbaik dalam setiap curhatanku.
Terima kasih mb, Kau berikan aku pelajaran berharga dalam setiap nafasmu.
Terima kasih atas semua. Terima kasih. Terima kasih sangat.
Ku do'akan kepergianmu. Ku do'akan ketenanganmu di sana. Semoga Allah SWT menempatkan mu disisi-Nya yang paling mulia, mengampuni semua khilafmu dan Husnul Khatimah hendaknya akhir dalam perjalananmu.

Selamat jalan mb Dee. Wanita super, hebat, tangguh dan luar biasa yang pernah ku kenal.
Gerimis, berbaur dalam do'a panjangku untukmu yang tiada henti.

R.Buntu 9-3-16 8.07 pm


You Might Also Like

0 Comments